Jejak Charlie Chaplin di Tanah Pasundan


Jejak Charlie Chaplin di Tanah Pasundan: Sebuah Kisah Sejarah yang Menginspirasi


PORTALCISARUA | Kunjungan Charlie Chaplin ke Pulau Jawa pada tahun 1932 adalah suatu peristiwa yang tak hanya memukau, tetapi juga meninggalkan jejak dalam sejarah. Chaplin, ikon dunia hiburan pada masa itu, menyusuri kota-kota dan tempat-tempat indah di Tanah Pasundan selama setengah bulan, dari 30 Maret hingga 17 April.

Pada kunjungannya tersebut, Chaplin dan saudaranya, Syd, mengunjungi sejumlah tempat penting, termasuk Batavia, Garut, Yogyakarta, Candi Borobudur, Surabaya, dan Pulau Bali. Meskipun singgah sebentar di Batavia, kunjungan mereka tetap menarik perhatian masyarakat setempat.

Berbagai surat kabar, seperti De Indische Courant dan Sumatra Post, memberitakan kunjungan Chaplin secara eksklusif. Kehadirannya menjadi bahan pembicaraan hangat di tengah masyarakat pada masa itu.

Sebelum tiba di Hindia Belanda, Chaplin baru saja merilis film kritis berjudul 'City Lights' pada tahun 1931. Keputusannya untuk meninggalkan Hollywood dan menjelajahi dunia menunjukkan ketertarikannya pada kondisi sosial dan ekonomi global.

Di Garut, Jawa Barat, warga menantikan operasional reaktivasi jalur KA Cibatu-Garut yang akan segera dilakukan. Perjalanan Chaplin di Garut tidak hanya menjadi legenda, tetapi juga inspirasi bagi masyarakat setempat.

Chaplin dikenal sebagai seorang jenius dalam industri film. Kunjungannya ke Garut meninggalkan kesan mendalam, dengan beberapa foto dan catatan sejarah yang masih terjaga hingga saat ini.

Di Bandung, Chaplin menginap di Hotel Preanger, yang kala itu menyediakan fasilitas mandi dengan air panas ala Eropa. Keberadaannya di hotel tersebut menjadi sorotan media setempat.

Perjalanannya dari Bandung ke Garut menggunakan kereta api menjadi momen bersejarah tersendiri. Kedatangannya di Stasiun Cibatu, Garut, diabadikan dalam potret yang menjadi bukti sejarah yang berharga.


[image by google]

Selama di Garut, Chaplin dan Syd menikmati berbagai tempat wisata, seperti Situ Bagendit, Situ Cangkuang, dan Gunung Papandayan. Kunjungannya tidak hanya sebagai liburan, tetapi juga sebagai pengalaman mendalam tentang keindahan alam dan budaya lokal.

Kunjungan Chaplin ke Tanah Pasundan pada tahun 1932 adalah bukti betapa dunia mengagumi keindahan alam dan keberagaman budaya Indonesia. Kisahnya yang menginspirasi masih hidup dalam catatan sejarah dan kenangan masyarakat setempat.

Dengan merenungkan kembali kunjungan Chaplin, kita diingatkan akan pentingnya menjaga dan memelihara warisan sejarah untuk generasi mendatang. Semoga kisah Chaplin di Tanah Pasundan terus menjadi sumber inspirasi bagi kita semua.

Dengan demikian, jejak Charlie Chaplin di Tanah Pasundan tidak hanya menjadi bagian dari sejarah dunia hiburan, tetapi juga bagian dari sejarah Indonesia yang kaya dan berwarna.

-dari ragam sumber

Post a Comment

Mohon berkomentar yang tidak menyinggung SARA. Mari bangun komentar yang konstruktif

Lebih baru Lebih lama