Puncak Cisarua Bogor

(image by google)


Puncak Cisarua Bogor | Berada dikawasan perbukitan dengan pemandangan gunung-gunung dan udara yang sejuk Puncak Bogor pada masa sejarahnya di abad ke-19 atau dimasa Hindia Belanda, kasawasan ini menjadi tempat pavorit para pejabat Belanda, pejabat-pejabat Belanda membangun rumah-rumah singgah dan permukiman kecil, mereka menjadikan kawasan puncak tidak hanya sebagai tempat istirahat dan berlibur namun sebagian ada yang bermukim dan menetap sementara di waktu itu.

 

Dan Puncak Cisarua, tidak hanya saat ini, pada waktu itu pula, selain membangun rumah pemukiman sementara, Puncak Cisarua Bogor menjadi langganan destinasi dan incaran bagi para serdadu-serdadu belanda untuk membangun post-post camp militer pemeriksaan, beberapa diantaranya sisa-sisa peninggalan Belanda itu masih ada dan sebagian sudah hilang digerus jaman.

 

Untuk saat ini dan seperti pada proses sejarahnya, Puncak Cisarua Bogor masih dikenal sebagai tempat destinasi wisata bagi wisatawan seperti Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan dan daerah lainnya, bahkan era tahun 1900an wisatawan tidak hanya dari Indonesia, tetapi juga dari kawasan mancanegara seperti Timur Tengah. Bahkan kebeardaan mereka tersentralisasi di seputaran Cipanas Kota Bunga namun masuk di awal tahun 2000-an terjadi perubahan, ketika di seputaran Ciawi-Cisarua khusunya seputaran Tugu sudah banyak villa-villa disewakan, keadaan ini membawa wisatawan mancanegara ini memenuhi kawasan sekitaran Puncak sebelum Masjid-Attawun.

 

Puncak Cisarua juga menjadi lahan resapan dari sekian hektar keberadaan kebun teh yang dibangun di masa kolonial Belanda dan hingga pada akhirnya kita mengenal perkembunan teh ini dengan nama Perkembunan Teh Milik PT Perkenbunan Nusantara VIII Gunung Mas.

 

Soekarno

Keberadaan Puncak Cisarua Bogor juga menarik minat dan menjadi daya tarik Presiden Pertama Republik Indonesia Soekarno. Soekarno bahkan membangun restoran sebagai tempat dimana pada waktu itu untuk menikmati keindahan, dan kesejukan alam Puncak. Restoran ini diberi nama Riung Gunung, sebuah restoran yang memiliki arsitektur khas Indonesia, namum yang lebih menarik adalah keberadaan tangga di tengah-tengah jalan raya yang hingga sekarang keberadan tangga tersebut masih bertahan dan menjadi magnet wisatwan untuk selfi-selfi, pada masanya Soekarno kerap kali menyempatkan singgah ketempat ini disela-sela tugas kenegaraan hingga saat ini nama Riung Gunung lekat dengan sebutan Villa Seokarno.

 

Riung Gunung. Riung Gunung memliki jembatan yang membelah dua persimpangan jalan, dan keberadan jembatan ini memliki tangga, dan tangga ini berada ditengah jalan yang membelah jadi dua, keadan ini mememberikan kesan yang sangat iconic, namun sayangnya keberadaan Restoran ini sudah tidak aktif, beberapa informasi menyebutkan bahwa bangunan ini telah menjadi Cagar Budaya namun sumber lain mengatakan keberadaan restoran ini telah beralih fungsi menjadi kediaman pribadi atau villa, kembali ke jembatan ditengah-tengah, keunikan inipun didukung dengan keberadaan Gantole (Paralayang).

 

Gantole ini menjadi tempat berlatih para atlit paralayang, tidak hanya itu Paralayang inipun menyediakan jasa bagi parawisatawan untuk mencobanya. Diantara keberadaan Riung Gunung dan Gantole terdapat masjid yang menjadi pusat peribadahan di tengah-tengah hamparan kebun teh, masjid ini bernama Masjid Atta’awun. Sebuah masjid dengan arsitektur unik dan menjadi perlambang kemegahan diantara hamnparan kebun teh dan jadi tempat rekreasi, masjid inipun sama halnya seperti Riung Gunung dan Gantole, Atta A’wun menjadi pilihan alternatif berkumpulnya para wisatawan selain fungsinya untuk Ibadah.


*Disarikan oleh portalcisarua dari beragam sumber.

Post a Comment

Mohon berkomentar yang tidak menyinggung SARA. Mari bangun komentar yang konstruktif

Lebih baru Lebih lama