Arab Rasa Sunda di Cisarua (Kampung Arab di Puncak)


MERDEKA.COM | Awan mendung mulai menyelimuti kawasan Puncak, Cisarua, Kabupaten Bogor, Jumat siang minggu pekan lalu. Kebetulan, saat memasuki wilayah Gadog, selepas pintu keluar Tol Ciawi, hujan baru saja mengguyur sebagian wilayah Bogor. Namun mendung siang itu rupanya tak menyurutkan para pelancong asal Timur Tengah buat menjelajah kawasan Cisarua.

Tiga orang lelaki berwajah arab baru saja turun dari dalam mobil Suzuki AVP. Mereka mendatangi salah satu pedagang kambing. Di sepanjang Jalan Raya Puncak, pemandangan para pedagang kambing memang sebuah hal biasa. Maklum, berjejernya para pedagang kambing itu dikarenakan juga banyak pembelinya. Khususnya para pelancong dari Arab Saudi. Mereka doyan mengonsumsi daging kambing.


Adalah Abu Bakar, 25 tahun, nama salah satu pelancong asal Arab Saudi mengaku terpesona dengan indahnya kawasan Puncak, Kabupaten Bogor. Dia kebetulan sedang berlibur di Cisarua. Menurut Abu Bakar, ketertarikan dia untuk berwisata ke Puncak karena daerah ini memiliki udara yang sejuk. Di tambah, kata dia orang-orang asli Cisarua juga ramah terhadap para pelancong asal Timur Tengah.


Turis Arab di warung Kaleng Cisarua, Puncak, Bogor. 2016 Merdeka.com

"Di sini sejuk," ujar Abu Bakar saat ditemui di salah satu toko daerah Warung Kaleng, Jumat malam pekan lalu. Dia pun seolah akrab dengan penjaga toko juga menggunakan aksara arab itu. "Orangnya ramah-ramah, wanitanya juga cantik," katanya sambil menggoda wanita bertugas sebagai kasir di toko itu.


Di Warung Kaleng memang tersohor disebut daerahnya orang-orang arab. Jangan kaget jika menuju puncak dan melintasi daerah ini, mata akan dijamu dengan aksara-aksara arab oleh toko-toko di sepanjang jalan. Warung Kaleng terdapat di Jalan Raya Puncak Kilometer 84. Daerah ini membelah dua desa, yaitu Desa Tugu Utara dan Tugu Selatan.


Sri, salah seorang warga tinggal di Desa Tugu Selatan mengatakan jika penyebutan nama Warung Kaleng memang tidak terlepas dari kedatangan orang-orang asal Timur Tengah untuk melakukan liburan di kawasan Puncak. Menurut dia, Warung Kaleng diambil dari nama makanan-makanan kaleng yang identik dikonsumsi orang arab. Jadi jangan kaget, jika mulai dari bumbu hingga kebutuhan makanan khas Timur Tengah juga tersedia di toko-toko sepanjang Warung Kaleng.


"Karena awalnya banyak makanan kaleng," ujar Sri saat ditemui merdeka.com di daerah Warung Kaleng. Sri pun mengaku tak tahu sejak kapan tepatnya banyak orang-orang asal Timur Tengah mulai terpesona berwisata ke kawasan Puncak. Namun sejak dia tinggal di daerah itu sepuluh tahun lalu, memang sudah banyak orang-orang asal Timur Tengah khususnya Arab Saudi gemar berwisata ke daerah ini.


"Kalau tepatnya saya kurang tahu," ujar Sri.


Turis Arab di warung Kaleng Cisarua, Puncak, Bogor. 2016 Merdeka.com

Kepala Desa Tugu Utara, Asep Mam'un Nawawi, saat ditemui di kantornya menuturkan, keberadaan para turis Arab sejatinya juga memberikan dampak positif dan negatif. Menurut dia, secara tidak langsung keberadaan para pelancong asal Timur Tengah ini juga memberikan lapangan pekerjaan baru termasuk juga memajukan perekonomian desanya. Namun di sisi lain, kedatangan para pelancong ini juga memberikan dampak negatif.


Misal, Asep menjelaskan, pernah suatu waktu warga desanya disebut-sebut sebagai pelaku kawin kontrak. Meski dia tidak memungkiri fenomena kawin kontrak memang ada, namun Asep meluruskan isu tersebut. Menurut dia, para pelakunya bukan lah dari Desa Tugu Utara. "Memang ada tetapi bukan desa kami, pelakunya ialah turis asal Arab Saudi," ujar Asep.

Dia menambahkan jika kehadiran para pelancong asal Timur Tengah ini juga banyak membantu pembangunan desa. Misal, kebanyakan para pelancong tidak segan-segan menyumbangkan dananya untuk pembangunan masjid. "Suka bantu nyumbang ke masjid, suka nyumbang ke panti asuhan dan pesantren," ujarnya.

Post a Comment

Mohon berkomentar yang tidak menyinggung SARA. Mari bangun komentar yang konstruktif

Lebih baru Lebih lama