Puncak Rezeki di Tengah Macet Total

TEMPO.CO | Bogor - Kemacetan parah yang terjadi di Jalur Puncak-Cisarua memberikan keuntungan bagi tukang ojek dan joki penunjuk arah bagi para pengendaran yang tidak sabar. "Di hari biasa, saya hanya bisa mengantar dua pengemudi saja. Hari ini sudah empat kali saya mengantar pengemudi yang terjebak macet," kata Usup, 28 tahun, salah satu tukang ojek yang menawarkan jasa sebagai joki penunjuk arah jalur alternatif Puncak.

Usup memasang tarif Rp 70 ribu untuk mengantarkan pengemudi yang ingin melewati jalur alternatif menuju kawasan Puncak, sampai pertigaan Pasir Angin. Ongkos akan naik sampai Rp 200 ribu jika minta diantar hingga pertigaan Cipayung-Megamendung.

"Lumayan buat nambah-nambah keperluan keluarga. Karena kalau hanya mengandalkan dari penumpang ojek, paling satu hari hanya menghasilkan Rp 100 ribu. Itu pun hanya kalau pas hari libur dan belum dipotong biaya bensin dan rokok," kata dia. "Saat Puncak macet total seperti ini, anugerah tersendiri buat kami."

Dia mengatakan kerepotan yang dihadapi para joki penunjuk jalan lebih disebabkan makin sengitnya persaingan di antara mereka. "Dulu hanya beberapa orang saja yang menjadi joki seperti ini, sekarang sudah mencapai puluhan bahkan ratusan. Kami harus pintar-pintar membujuk pengemudi," Usup bercerita.

M. Ridwan, 46 tahun, pengemudi yang siang tadi jadi pengguna joki, mengatakan dia terpaksa minta bantuan penunjuk arah karena tak tahan melihat kemacetan parah. "Saya sudah 2 jam lebih antre selepas jalan tol. Antrean sangat panjang menuju arah Gadog, makanya saya lebih memilih jalan alternatif."

Dia terpaksa merogoh Rp 200 ribu lebih untuk mencapai Megamendung. "Jasa mengantar saja 150 ribu. Ditambah biaya 'pak ogah' di setiap pertigaan, yang sedikit memaksa minta Rp 2 ribu. Jumlah mereka bisa 30-an kelompok," kata dia.


Kepala Satuan Lalu Lintas Polisi Resor Bogor Ajun Konisaris Muhammad Chaniago mengatakan tak merekomendasikan pengguna kendaraan yang terjebak macet untuk melalui jalan alternatif. Selain jalannya kecil, banyak turunan dan tikungan curam. "Jika pengemudi tidak biasa melintas jalan alternatif, cukup berbahaya," kata dia.

Post a Comment

Mohon berkomentar yang tidak menyinggung SARA. Mari bangun komentar yang konstruktif

Lebih baru Lebih lama