Jelang Tahun Baru, Ribuan PSK Eksodus ke Puncak

METROPOLITAN.ID | Setiap malam, magnet di kawasan Puncak seolah tak berhenti menarik para pelancong. Pemandangannya yang menyejukkan, membuat kebanyakan pengunjung tak sabar mencicipi surga dunia sambil menikmati belaian Pekerja Seks Komersial (PSK). Jelang pergantian tahun baru, banyak hotel dan vila yang laris diburu para tamu dari berbagai daerah. Apalagi kalau bukan untuk berfoya-foya sambil merayakan pesta seks dengan sang ’kupu-kupu malam’. Ribuan PSK pun mengincar kawasan ini untuk mencari mangsa.

Pergantian malam tahun baru tinggal 9 hari lagi. Tak menutup mata bila kawasan Puncak jadi incaran sejumlah wisatawan untuk menghabiskan malam tahun baru 2016. Tempat ini juga menjadi sasaran empuk para PSK mencari mangsa demi mendulang rupiah.

Jika melihat jumlah pengunjung tahun lalu, sedikitnya ada 50 ribu kendaraan bermotor yang membanjiri wilayah Puncak, meliputi Ciawi, Megamendung dan Cisarua. Di antaranya terdiri dari 20 ribu kendaraan roda empat dan sisanya sebanyak 30 ribu merupakan pengendara roda dua.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, saat ini sejumlah hotel dan vila memang sudah di-booking para pelancong. Salah seorang penjaga vila, Yayat warga Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor mengatakan, banyak tamu yang sudah memesan vila jauh-jauh hari. Ia tak me­nampik jika kawasan Puncak sering diserbu banyak PSK setiap perayaan tahun baru.  Biasanya, mereka menyewa kos bulanan.  “Biasanya nanti banyak wajah baru yang berdatangan. Mereka hilir mudik di hotel dengan berlagak tamu,” ucap Yayat.

Sedangkan lelaki hidung belang sebagai sasaran merupakan pegunjung yang sudah mem-booking hotel dan vila. “Pelacur itu bukan warga Puncak, mereka pendatang,” kata dia.  Tak hanya itu kabarnya ada yang memilih kos atau mengontrak di kawasan Puncak.

Prostitusi di Puncak memang sudah jadi rahasia umum. Ketua Forum Komunikasi Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) Kabupaten Bogor M Teguh Mulyana membenarkan jika saat malam tahun baru pesta seks menjadi hal tak terelakkan.

“Kebanyakan para pengunjung atau wisatawan yang datang ke Puncak memang sudah berpasangan. Tidak tahu apakah itu selingkuhannya, jablaynya atau memang istri sahnya. Yang jelas kalau mau tahun baru hampir seluruh vila sudah di-booking sebulan sebelumnya,” beber Teguh kepada Metropolitan.

Menurut dia, para PSK itu masih ada di kawasan Puncak. Namun, para pelakunya bukan warga asli, melainkan pendatang dari sejumlah daerah seperti Jakarta, Sukabumi dan Cianjur.

“Memang masih ada (prostitusi, red), tapi bukan berarti Puncak menyediakan PSK ya. Mereka bawa sendiri pasangannya. Kami juga kan tidak bisa menginterogasi apa yang dilakukan mereka di vila atau hotel. Karena itu privasi mereka,” akunya.

Tak hanya malam tahun baru, setiap kali libur nasional kawasan Puncak diakui membawa berkah bagi banyak penduduk lokal. Mulai dari pemilik resto, pemilik vila hingga penjaga vila. Menurut perhitungan Kompepar, dalam sehari minimal pengunjung menghabiskan uang Rp 100 ribu untuk berwisata di Puncak.

Jika dikalkulasikan dengan jumlah pengunjung sesuai total kendaraan yang masuk, maka perputaran uang sehari di Puncak bisa mencapai Rp 14 miliar. “Coba saja dihitung 20 ribu kendaraan roda empat. Misalkan, satu mobilnya ada empat orang kemudian dikalikan Rp 100 ribu. Ditambah 30 kendaraan motor dikalikan dua orang kemudian dikali lagi Rp 100 ribu. Sudah terhitung berapa jumlah perputaran uangnya,” paparnya.

Perhitungan Teguh itu hanya diambil dari biaya makan sehari. Belum ditambah dengan hiburan lainnya. Tak heran jika saat momen tahun baru, ribuan PSK banyak yang menyerbu kawasan Puncak.

Dari penuturan Teguh yang menyatakan setiap tamu kebanyakan membawa pasangannya sendiri, maka diperkirakan sedikitnya ada 3.500 PSK yang menyerbu kawasan wisata Puncak.

Sementara itu, untuk mengawal perayaan malam pergantian tahun di wilayah Puncak, Satuan Lalu Lintas Polres Bogor telah menyiagakan 200 personel. Para personel dikerahkan untuk mengamankan sepanjang jalur Puncak. Pihaknya pun akan memberlakukan penutupan jalur ke arah Puncak.

Kasat Lantas Polres Bogor AKP Bramastyo Priadji mengatakan, 200 personel yang disiagakan akan ditempatkan di titik-titik keramaian di malam tahun baru. ”Ada beberapa titik keramaian di jalur Puncak seperti di wilayah simpang Taman Safari, Gunung Mas, Masjid Attaawun dan Riung Gunung,” katanya, kemarin.
Namun, kata Bram, yang menjadi pusat masyarakat berkumpul saat malam pergantian tahun diperkirakan di sekitar Puncak Pass atau di kawasan Rindu Alam. ”Biasanya yang paling ramai ada di wilayah tersebut. Karena masyarakat dapat melihat pesta kembang api dari ketinggian,” tambahnya.

Sementara itu, puncak arus kepadatan di jalur Puncak diprediksi pada 31 Desember mendatang. ”Diprediksi puncak kepadatan di jalur Puncak akan terjadi H-1 tahun baru,” katanya.

Menyikapi penutupan jalur, Ketua LSM Rumpun Hijau, Sunyoto mengatakan, penutupan jalur malah membuat macet di jalur alternatif. Akibatnya, para pedagang mengalami surut pembeli di jalur utama. ”Meski jalan alternatif disediakan, tetap saja macet di jalur itu. Akibatnya pedagang sepi pembeli,” ungkapnya.
Dia berharap jalur Puncak jangan ditutup, akan tetapi diharapkan pihak berwenang dapat mengatur lalu lintas yang kemungkinan macet itu. ”Seharusnya diatur saja, jangan sampai ditutup,” pintanya.

Hal senada juga diungkapkan Djatnika. Menurut dia, penutupan jalur Puncak memang diberlakukan setiap tahun baru. Selain jalur alternatif, mungkin ada inisiatif lain yakni dengan datang lebih awal ke Puncak kalau memang ada rencana merayakan tahun baru di sana.

”Sudah pasti jalur ke arah Puncak akan macet, mungkin yang bisa ditempuh adalah dengan datang lebih awal ke Puncak jika ingin merayakan tahun baru di sana,” paparnya.


Terpisah, Ketua LSM Ikatan Komunitas Kawasan Puncak dan Sekitar (IKKPASS) Iman mengungkapkan kekecewaannya terhadap penutupan jalur Puncak pada saat malam tahun baru. Menurut dia, penutupan itu sangat berdampak pada para pedagang, karena biasanya para pembeli akan sepi. ”Bisa dibayangkan jika para pedagang sepi pembeli, kasihan juga.  Seharusnya biarkan saja kendaraan lewat jalur utama, hanya saja mungkin perlu pengaturan khusus,jadi meski macet tapi tetap terkendali,” ujarnya.(ash/jp/ok/feb/wan)



Post a Comment

Mohon berkomentar yang tidak menyinggung SARA. Mari bangun komentar yang konstruktif

Lebih baru Lebih lama