Kampung Janda Makin Banyak di Bogor


METROPOLITAN.ID | Bogor. Melewati jalanan berbukit dan hutan, sebuah gunun­gan batu menyambut setiap warga yang datang. Tepat di Kampung Gunungbatu, Desa Sukaharja, Kecamatan Sukamakmur, disitulah tempat bermukimnya janda-janda muda. Lokasinya berbatasan langsung dengan Jonggol dan Cianjur.

Sepintas tak ada yang ber­beda antara Kampung Janda di Gunungbatu dengan kam­pung lainnya. Kebanyakan warga di sana memanfaat­kan lahan untuk berkebun. Namun, fakta mengejutkan terungkap.

Di balik dingin dan tenang­nya kampung, wilayah ini menyediakan banyak janda yang kerap dijadikan istri siri.

Seorang penjual kopi yang merupakan warga asli, Ijah (45) mengakui jika di kam­pungnya banyak pendatang mencari janda. Bahkan, di sela istirahat, wartawan koran ini pun ditawari seorang janda. “Mau cari janda ya. Nanti saja datang lagi ke sini,”tutur Ijah, ibu dua anak.

Ia tak menapik banyak wani­ta yang menjanda karena kawin cerai. Biasanya, mereka jadi istri siri atau istri simpanan dari pendatang

“Kalau rumah mewah keban­yakan yang nikah sama orang kota. Paling banyak di arah atas sana,”tutur dia sambil menunjuk ke arah perbukitan.

Wartawan koran ini coba memastikan penuturan ijah yang ditemui di sela istrirahat. Hasilnya, di Kampung Batu I terdapat banyak rumah me­wah yang berdampingan den­gan rumah-rumah warga asli.

Sayang, banyak warga seki­tar yang kerap dicap seb­agai preman kampung coba memata-matai kedatangan wartawan ini. Bahkan, seorang lelaki berperawakan tinggi tiba-tiba menegur wartawan koran ini.

“Lebih baik pulang sekarang, daripada membahayakan diri. Ini kampung hitam,”tutur lelaki yang mengenakan jaket.

Jika di kaki Gunung Salak, tepatnya di Desa Ciburayut, Kecamatan Cigombong, Ka­bupaten Bogor, Jawa Barat, banyak perempuan yang menjanda karena ditinggal mati suaminya yang tertim­bun galian Loji. Hal beda ter­jadi di Kampung Gunungbatu Desa Sukaharja Sukamakmur.

Informasi yang dihimpun, banyak orang kaya dari mulai warga biasa hingga pejabat pemerintahan yang kepincut memiliki istri simpanan di kampung janda Gunungba­tuini.

Proses perkawinan yang sangat mudah dan wilayahnya yang jauh dari pusat kota menjadikan mereka leluasa tanpa khawatir tercium ma­syarakat luas.

“Awal mula disebutnya kam­pung janda karena ada beber­apa pejabat dan orang kaya kawin dengan perempuan di sini untuk dijadikan istri muda atau istri simpanan. Mereka juga diberikan fasilitas sep­erti rumah, mobil, dan tempat usaha kepada istri simpanan­nya,” kata salah satu sumber Metropolitan, AN (41)
Menurutnya, banyaknya jan­da di kampung ini akibat per­nikahan dini dan mudahnya pelayanan nikah siri. Bahkan, manipulasi data bagi suami yang sudah memiliki istri dan ingin menikah lagi bisa den­gan mudah diatur.

“Yang penting ada uang semua bisa diatur. Mereka bisa dinikahi dengan syarat dibuatkan rumah dan diberi usaha seperti dibikinkan wa­rung,” terangnya.

Bahkan yang lebih gila lagi, ia melanjutkan, perempuan yang sudah bersuami pun bisa dinikahi siri dengan si pemilik uang. Dengan syarat, ada kesepakatan dengan suami aslinya. Santer terdengar, ada sejumlah pejabat dan mantan pejabat yang nekat melakukan hal itu.

“ Kalau ada kesepakatan dengan suami sahnya, istrinya bisa dikawin kontrak dan si suami merelakan istrinya kawin dengan pria lain. Se­mentara sang suami sahnya biasanya pergi merantau neninggalkan istrinya yang kemudian menjadi istri pen­gusaha atau pejabat tersebut,” bebernya.

Seorang warga, sebut saja Jaelani (23) mengatakan, Kam­pung Janda sebenarnya hanya istilah semata. Bermula dari banyaknya perceraian karena faktor ekonomi hingga akh­irnya mengundang banyak lelaki hidung belang untuk menjadikannya istri simpanan.

“Bahkan ada salah seorang pria yang cukup ternama di wilayah Kabupaten Bogor yang sampai meninggalkan istri dan anaknya karena kepincut janda di sini. Untuk menikahinya saja sampai memalsukan data pribadinya dan membuat surat keterangan duda palsu,” kata dia. (fin/edi/d/feb)


Post a Comment

Mohon berkomentar yang tidak menyinggung SARA. Mari bangun komentar yang konstruktif

Lebih baru Lebih lama